Logam berat di perairan baik sungai maupun laut akan mengalami 3 proses yaitu pengendapan, adsorbsi (ikatan) dan absorbsi (penyerapan) oleh organisme-organisme perairan. Kebanyakan logam berat memiliki daya larut tinggi sehingga membahayakan kehidupan organisme perairan. Daya larut tersebut bisa bertambah tinggi atau rendah tergantung kondisi perairan. Logam berat juga dapat dipindahkan dari badan air melalui adsorbsi. Partikel bahan tertentu dan bahan organik dapat mengadsobrsi logam berat yang terkandung dalam perairan. Logam berat dapat pula dipindahkan dari badan air melalui proses absorbsi oleh organisme air secara langsung maupun tidak langsung (Supriharyono, 2002).
Seperti yang dinyatakan Dahuri, dkk. (2004) pencemaran perairan akan mempengaruhi kegiatan perikanan karena secara langsung maupun tidak langsung mengurangi jumlah populasi, kerusakan habitat dan lingkungan perairan sebagai media hidupnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan diantaranya adalah menurunnya kandungan oksigen dalam perairan sebagai pembatas habitat ikan terutama ikan dasar dekat pantai, eutrofikasi perairan menyebabkan pertumbuhan algae tidak terkendali seperti peristiwa red tides yang menimbulkan keracunan pada ikan.
Menurut Kunaefi dan Ariesyady (2006), kegiatan industri pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya telah meningkatkan kandungan logam di perairan laut. Logam yang terdistribusi di perairan laut akan mempengaruhi kandungan logam terakumulasi diantara segenap organisme yang hidup di sana. Kebanyakan logam bersifat racun, korosif serta bersifat bioakumulatif. Walaupun logam yang dikonsumsi berada dalam jumlah yang sangat kecil dan jauh di bawah baku mutu, bukan berarti substansi ini tidak memberikan efek negatif bagi suatu organisme, dikarenakan sifat bioakumulasinya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Pulau Kelapa (Kepulauan Seribu), potensi bioakumulasi logam berat pada ikan di perairan tersebut sangat besar, dengan nilai BCF paling tinggi dimiliki oleh logam Zn yang mencapai angka 65.196,50.
Seperti yang dinyatakan Dahuri, dkk. (2004) pencemaran perairan akan mempengaruhi kegiatan perikanan karena secara langsung maupun tidak langsung mengurangi jumlah populasi, kerusakan habitat dan lingkungan perairan sebagai media hidupnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan diantaranya adalah menurunnya kandungan oksigen dalam perairan sebagai pembatas habitat ikan terutama ikan dasar dekat pantai, eutrofikasi perairan menyebabkan pertumbuhan algae tidak terkendali seperti peristiwa red tides yang menimbulkan keracunan pada ikan.
Menurut Kunaefi dan Ariesyady (2006), kegiatan industri pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya telah meningkatkan kandungan logam di perairan laut. Logam yang terdistribusi di perairan laut akan mempengaruhi kandungan logam terakumulasi diantara segenap organisme yang hidup di sana. Kebanyakan logam bersifat racun, korosif serta bersifat bioakumulatif. Walaupun logam yang dikonsumsi berada dalam jumlah yang sangat kecil dan jauh di bawah baku mutu, bukan berarti substansi ini tidak memberikan efek negatif bagi suatu organisme, dikarenakan sifat bioakumulasinya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Pulau Kelapa (Kepulauan Seribu), potensi bioakumulasi logam berat pada ikan di perairan tersebut sangat besar, dengan nilai BCF paling tinggi dimiliki oleh logam Zn yang mencapai angka 65.196,50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar